Cari Blog Ini

Kamis, 28 Juli 2011

SMK dan Dunia Usaha



SEKOLAH menengah Kejuruan (SMK) memiliki keterkaitan yang tinggi dengan dunia usaha. Hal ini karena para lulusannya memang diharapkan bisa langsung mengisi kesempatan kerja yang ada di dunia usaha dan dunia industri.
Di sinilah bedanya SMA dan SMK. Jika para lulusan SMA diarahkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, para lulusan SMK telah dipersiapkan kompetensinya sejak awal, sehingga mereka bisa langsung terjun ke dunia usaha dan dunia industri setelah mereka tamat.
  Namun demikian, tidak berarti bahwa lulusan SMK tidak dianjurkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, atau sebaliknya, tidak berarti pula bahwa lulusan SMA tidak memiliki kemampuan dasar untuk langsung terjun ke dunia usaha dunia industri.

Persoalan yang banyak dihadapi SMK, baik negeri dan swasta adalah kalah cepat perkembangan kurikulum dengan perkembangan teknologi dan informasi di dunia usaha dan dunia industri.

 Ketika sekolah masih membicarakan dasar-dasar sebuah teknologi maupun informasi, di lapangan hal ini sudah diterapkan. Sehingga, banyak siswa yang pada saat melakukan on the job trainning atau praktik kerja industri, kebingungan. Sebab, apa yang mereka pelajari di sekolah sudah jauh berkembang, dan bahkan tidak jarang tidak lagi dipakai sama sekali di dunia usaha dan dunia industri.


 Seperti disinggung beberapa minggu sebelumnya, ketika sekolah masih mengajar bidang studi Kearsipan menggunakan kertas, di dunia usaha bahkan sudah berkembang kearsipan sistem elektronik mengandalkan komputer yang hampir tak lagi menggunakan kertas. Sehingga sudah jauh lebih berkembang dibanding apa yang dipelajari di sekolah.
Contoh lain, untuk sekolah SMK jurusan mekanik. Ketika di sekolah masih belajar memperbaiki kendaraan bermotor roda empat yang menggunakan karburator, di pasar sudah beredar mobil yang tidak lagi memakai karburator. Ini jelas beda penanganannya. Jika sekolah tidak mengajarkan siswa tentang teknologi ini, maka lagi-lagi siswa akan kebingungan ketika mengadakan magang atau yang dikenal dengan istilah Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Untuk itu, agar apa yang diajarkan di sekolah bisa disinergikan, maka pihak sekolah harus melakukan kemitraan dengan dunia usaha, dan itu harus diaplikasikan dalam proses belajar mengajar.
Kemitraan ini harus masuk dalam program sekolah dengan perencanaan yang baik, dan sudah dialokasikan waktu khusus dalam proses belajar mengajar.

Teknis pelaksanaannya, sekolah tidak saja melibatkan dunia usaha dan dunia industri dalam kepengurusan Komite Sekolah ataupun Majelis Sekolah. Apalagi, keterlibatan seperti ini tidak jarang hanya bersifat formalitas dan fasif. Namun, dunia usaha benar-benar dijadikan mitra sekolah dalam pengembangan proses belajar mengajar, termasuk pengembangan kurikulum sekolah.

Keterlibatan mereka-mereka dari dunia usaha dan dunia industri itu harus bersifat aktif dan benar-benar memberikan kontribusi kepada sekolah dalam hal transformasi ilmu terapan kepada siswa.

Mereka yang sudah terlibat langsung ini, dijadwalkan secara khusus dan berkala untuk memberikan bimbingan kepada siswa. Sistemnya bisa klasikal untuk teori dan praktik langsung untuk informasi yang semestinya harus dipraktikkan.

Ada satu nilai plus orang-orang teknis dari dunia usaha maupun praktisi dalam mentransformasi ilmunya, yakni mereka lebih bersifat praktis dan to the point, sehingga siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan, apalagi apa yang mereka sampaikan sebagian besar adalah apa yang saat ini mereka kerjakan di tempat kerja masing-masing.

Untuk itu, sekolah haruslah memiliki orang-orang yang mampu membawa masuk perwakilan dunia usaha dan dunia industri ke sekolah dengan sebanyak-banyaknya. Ini jelas bukan pekerjaan gampang. Dengan masuknya orang-orang dunia usaha, para guru tak perlu merasa tersaingi, tapi jadikan sebagai laman untuk menambah wawasan, sehingga transformasi ilmu tidak saja terjadi kepada siswa, tapi juga kepada guru.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memagangkan guru ke dunia usaha dan dunia industri. Artinya, untuk kolaborasi itu, banyak cara yang bisa dilakukan sekolah. Kuncinya mau, dan tak satu jalannya. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar